tugas tugas pimpinan


 tugas 1

Bab I
Pendahulauan

Islam dan Pendidikan Karakter Seringkali terdengar protes atau setidaknya rasa kesal dari kalangan masyarakat, bahwa mengapa orang yang sehari-hari menunaikan ibadah shalat, zakat, puasa, dan bahkan pernah menunaikan ibadah haji, tetapi perilakunya belum  menggambarkan makna dari kegiatan ritual tersebut.  Lantas disimpulkan  bahwa,  ibadah ritual tidak selalu memberi dampak pada perilaku terpuji sehari-hari. Selain itu, seringkali terdengar ungkapan  pula bahwa pada setiap tahun jama’ah haji meningkat, akan tetapi kasus-kasus korupsi tidak pernah surut. Bahkan, banyak pejabat  yang berhaji dan umrah berkali-kali, tetapi perilaku korupnya tidak bisa berhenti. ilmu


Bab II
Rumusan Masalah


Islam dan Pendidikan Karakter
Gambaran sebagaimana dikemukakan itu menunjukkan bahwa seolah-olah antara kegiatan ritual terpisah dari kegiatan lain sehari-hari yang lebih luas. Pertanyaannya adalah,  adakah  yang salah dari pemahaman Islam selama ini. Sudah banyak orang mengenalnya, bahwa Islam selalu  mengajarkan tentang kejujuran, amal shaleh, menghargai sesama, disiplin waktu dan juga harus benar  dalam mendapatkan rizki. Seorang Islam tidak diperkenankan mengambil harta milik orang lain tanpa hak. Untuk mendapatkan harta, seorang muslim harus selektif, yaitu yang halal lagi baik dan membawa berkah.

Sebenarnya misi rasulullah yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Maka artinya, seorang muslim dalam melakukan apa saja harus didasari oleh akhlak mulia itu. Dalam berekonomi, politik,  mengembangkan pendididikan, hukum, bermasyarakat  dan lain-lain harus didasarkan pada akhlak yang luhur. Selalu dibayangkan bahwa,  tidak akan mungkin seorang muslim melakukan sesuatu yang  bertentangan dengan keyakinannya itu.

Namun sementara ini yang seringkali terjadi, bahwa masih terdapat pemisahan yang sedemikian tajam antara persoalan agama dan  persoalan kehidupan lain pada umumnya. Agama dianggap sebagai variabel tersendiri, terpisah dari kegiatan kehidupan  pada umumnya. Maka yang lahir adalah kehidupan pribadi yang tidak utuh. Seolah-olah antara ke pasar sebagai upaya mencari rizki dianggap berbeda dari ketika ke masjid untuk shalat berjama’ah. Ke masjid dianggap mencari bekal ke akherat, sementara ke pasar dianggap untuk mendapatkan rizki untuk mencukupi kegiatan di dunia.

Cara berpikir dikotomis seperti itulah kira-kira yang menjadikan Islam tidak dipandang sebagai ajaran yang utuh dan komprehensif hingga melahirkan perilaku yang terbelah itu. Maka akibatnya,  antara kegiatan ritual dan kegiatan sosial menjadi tidak  menyatu. Akibatnya kemudian muncul  istilah shaleh ritual, shaleh  sosial dan shaleh  intelektual. Perbedaan-perbedaan itu pula yang  seolah-olah  ajaran Islam bisa dipilah-pilah seperti itu.

Lewat renungan yang lama dan mendalam, saya mendapatkan rumusan bahwa Islam sedikitnya membawa lima misi besar untuk mengantarkan ummat manusia agar menjadi selamat dan sekaligus bertbahagia, baik di dunia maupun  di akherat. Saya memandang bahwa Islam bukan sebatas agama, melainkan juga peradaban.  Islam sebenarnya sebuah ajaran yang memiliki   kekuatan pengubah dan sekaligus memberikan petunjuk dan arah,  agar manusia dalam hidupnya  mendapatkan derajat mulia. Orang  yang demikian itu adalah memiliki karakter yang unggul.  Dengan demikian, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad bahwa, Islam datang di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia atau karakter yang unggul.



Bab III
Tujuan

Adapun kelima misi besar yang dibawa oleh Islam itu adalah sebagai berikut. Pertama, Islam menjadikan ummatnya kaya ilmu. Ilmu yang dimaksudkan di sini lingkupnya sangat luas, yaitu bersumber pada ayat-ayat qawliyah dan sekaligus ayat-ayat kawniyah. Islam menganjurkan ummatnya untuk mempercayai yang ghaib, tetapi juga harus memikirkan ciptaan Allah baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Mestinya sebagai implementasi dari konsep itu,  kaum  muslimin dituntut   mengkaji ilmu fisika, kimia, biologi, matematika, psikologi, sosiologi, sejarah dan lain-lain. Dalam mempelajari ilmu ilmu dimaksud, sebagai pembeda dari kaum lainnya,  harus  mengawali dengan menyebut nama Allah, yaitu bismirabbika. Selain itu, kegiatan tersebut harus sampai pada kesadaran yang mendalam tentang keagungan asma Allah. Disebutkan  dalam al Qur’an  iqra’ warabbuka al-akram. Artinya kegiatan itu hingga berhasil  membangun  kesadaran tentang  keharusan memuliakan Allah. Dengan demikian mestinya, ummat Islam  kaya ilmu pengetahuan.

Kedua, Islam  menjadikan ummatnya meraih prestasi unggul. Sebagai makhluk yang berprestasi unggul, setidak-tidaknya memiliki empat ciri, yaitu (1) berhasil mengenal dirinya sebagai pintu mengenal tuhannya, (2) bisa dipercaya sebagaimana dicontohkan oleh  Muhammad sebagai anutannya adalah seorang yang dikaruniai gelar al amien, (3) bersedia untuk mensucikan dirinya, baik menyangkut pikirannya, hatinya dan raganya. Seorang muslim tidak selayaknya mengambil harta atau mengkonsumsi makanan yang tidak halal, dan (4) seorang muslim  di manapun berada selalu memberi manfaat bagi orang lain. Itulah manusia unggul yang diajarkan oleh Islam.

Ketiga, Islam membangun tatanan sosial yang adil di tengah-tengah masyarakat manapun. Keadilan dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang harus diwujudkan. Terdapat banyak sekali ayat-ayat al Qur’an yang memerintahkan ummatnya agar berbuat adil. Bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul, masyarakat Arab terdiri atas kabilah atau suku-suku yang beraneka ragam. Antar suku saling berebut sumber-sumber ekonomi, pengaruh atau kekuasaan. Mereka yang kuat akan memenangkan  perebutan itu, hingga menguasai sumber-sumber kebutuhan hidup.
Dalam perebutan itu,  mereka yang kalah, yaitu rakyat biasa bukannya ditolong melainkan justru  ditindas dan bahkan dijadikan budak. Perbudakan sebagai sumber ketidak adilan ketika itu,  berkembang luar biasa.  Orang disamakan dengan binatang, yaitu dijual belikan di pasar-pasar. Harkat dan martabat manusia menjadi tidak ada harganya, sebagai akibat nafsu berkuasa dan menguasai sumber-sumber ekonomi itu. Dalam kondisi seperti itu,  Nabi Muhammad datang untuk membangun tatanan sosial yang adil dan bermartabat itu.

Keempat, Islam memberikan tuntunan tentang bagaimana kegiatan ritual  seharunya dilakukan oleh setiap muslim. Kegiatan ritual yang dimaksudkan  itu,   seperti berdzikir, shalat, puasa, haji dan lain-lain-lain. Kegiatan itu sangat penting untuk membangun kekuatan spiritual bagi mereka yang menjalankannya.  Melalui kegiatan ritual itu, maka terbangun komunikasi antara manusia  dengan Dzat Yang Maha Pencipta. Dengan kegiatan ritual itu pula maka terbangun sikap mulia seperti rendah hati, sabar, ikhlas, amanah, peduli sesama, saling mencintai dan lain-lain.
Kegiatan ritual dalam Islam sedemikian penting, sehingga untuk mendapatkan kesempurnaannya menjadikan banyak orang berdebat tentang bagaimana kegiatan ritual itu dijalankan secara tepat.  Maksudnya adalah baik, agar kegiatan yang dilakukan persis sama dengan yang dilakukan oleh Rasulullah. Namun keinginan  yang berlebihan itu, menjadikan  banyak pihak rela berdebat dan bahkan bertikai sehingga mengakibatkan ummat berpecah belah  menjadi berbagai aliran atau kelompok untuk mencari cara yang paling tepat dalam menjalankan kegiatan ritual itu.   Berbagai aliran dan organisasi sosial keagamaan yang ada di mana-mana adalah selalu  terkait dengan  perbedaan-perbedaan dalam menjalankan kegiatan ritual.
Padahal sebenarnya,  perbedaan dalam kegiatan ritual sudah ada atau telah terjadi sejak zaman  Rasulullah. Perbedaan itu ternyata juga terjadi dalam berbagai kasus. Misalnya,  dalam pelaksanaan shalat. Sementara sahabat merasa cukup, shalat dengan tayammum tatkala tidak ada air.  Namun sahabat lain  berpandangan bahwa harus disempurnakan lagi tatkala ditemukan air. Perbedaan juga terkait dengan pelaksanaan ibadah haji, dan  lain-lain.  Setiap menghadapi persoalan yang terkait dengan perbedaan pelaksanaan ritual itu, nabi selalu bersikap arif, yaitu mengedepankan persatuan. Jika ada perbedaan, Nabi membenarkan apa yang telah dilakukan oleh para sahabatnya. Dengan cara itu maka,  persatuan dan kesatuan di antara para sahabat selalu berhasil dipelihara.

Kelima, adalah konsep amal shaleh. Amal secara sederhana bisa diartikan bekerja, sedangkan shaleh artinya adalah lurus, benar, tepat atau sesuai. Maka amal shaleh sebenarnya bisa diartikan,  bekerja secara profesional.  Dengan beramal shaleh maka artinya adalah  bahwa setiap perbuatan kaum muslimin harus dilakukan secara baik, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Suatu pekerjaan yang ditangani secara profesional akan mendatangkan hasil maksimal.
Umpama misi Islam itu berhasil diimplementasikan oleh ummatnya, sehingga ummat Islam menjadi kaya ilmu, meraih pribadi unggul, berada pada tatanan sosial yang adil, menjalankan kegiatan ritual secara sempurna untuk membangun spiritual dan pekerjaan selalu ditunaikan  secara profesional, maka ummat Islam akan meraih kemajuan yang luar biasa. Namun sayangnya, dari kelima  misi Islam tersebut, oleh sementara kaum muslimin,  baru  ditangkap  pada aspek ritualnya. Sedangkan aspek lainnya belum dipandang sepenuhnya sebagai bagian dari Islam. Oleh karena itu, menjadi wajar manakala selama ini, ummat Islam masih  belum meraih kemajuan sebagaimana yang selama ini diharapkan. Sebab,  Islam baru dipandang sebagai kegiatan ritual belaka.



Bab IV
Penutup

Oleh karena itu, agar Islam menjadi kekuatan untuk membangun karakter bangsa secara utuh,  maka ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad harus dipahami secara utuh pula. Islam harus dipahami  sebagai ajaran yang setidaknya, membawa kelima  misi besar sebagaimana dikemukakan di muka. Islam semestinya tidak saja dipahami sebagai agama, melainkan juga sebagai konsep tentang peradaban unggul. Konsep tersebut harus diperkenalkan melalui pendidikan secara terus menerus, agar ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, benar-benar  menjadi kekuatan untuk membangun karakter bangsa secara sempurna, dan tidak lagi dipahami  hanya sebagiannya saja,  sebagaimana yang kebanyakan terjadi selama  ini. Wallahu a’lam.

tugas 2

Ini Dia Warisan Islam dalam Ilmu Anatomi

Jumat, 22 Oktober 2010, 08:48 WIB

ilustrasi
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ilmuwan ternama al-Ghazali pernah berujar, pelajari anatomi secara mendalam, manusia akaN mengetahui fungsi seluruh organ tubuh dan struktur tubuh. Ujaran al-Ghazali ini seakan menjadi langkah awal ilmuwan Muslim mendalami anatomi tubuh, atau banyak kalangan menyebutnya pula sebagai ilmu urai tubuh.

Minat akan bidang ini tumbuh pesat hingga menjelma sebagai sebuah spesialisasi dalam kedokteran Muslim. Lewat The Revival of the Religious Science, alGhazali tak hanya mengurai seluk-beluk aspek pengobatan. Ia memaparkan pula bahwa telah berabad-abad lamanya para dokter Muslim menguasai pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi.

Termasuk kaitan kedua ilmu tersebut dengan ilmu bedah. Al-Ghazali menjelaskan, tanpa mengetahui struktur anatomi, sulit melakukan operasi pembedahan. Selama ini, ia dikenal sebagai sosok yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Di bidang bedah dan anatomi, keahliannya sangat disegani.

Ia merumuskan filosofinya sendiri mengenai hal itu. Bagi dia, operasi bedah harus mampu mengembalikan fungsi anatomi atau organ tubuh yang rusak. Pemikirannya ini selanjutnya menginsipirasi para praktisi medis setelah masanya. Anatomi memikat hati para dokter Muslim. Terbukti banyak yang ikut bergabung untuk mendalami anatomi.

Mereka menuliskan literatur ilmiah yang begitu berharga, serta menandai era itu dengan torehan emas pada lintasan sejarah kedokteran di dunia Islam. Setelah itu, muncul ke permukaan nama alZahrawi. Kemampuannya boleh disejajarkan dengan al-Ghazali. Sebab, alZahrawi juga diakui banyak orang sebagai seorang pakar.

Dokter dari Andalusia pada abad kesepuluh yang bernama lengkap Abu Qasim al-Zahrawi ini mempunyai banyak pemikiran brilian. Misalnya, ia merupakan penggagas ilmu diagnosa sampai penyembuhan penyakit telinga. Ia merintis operasi pembedahan telinga guna mengembalikan pendengaran pasiennya.

Pengetahuan anatomi ia andalkan dalam operasi tersebut. Al-Zahrawi memerhatikan anatomi syaraf halus, pembuluh darah, dan otot. Segala pengetahuan yang ia kuasai itu kemudian ia rangkum dalam bukunya, At Tashrif li Man Arjaza at Ta'lif (Buku Pedoman Kedokteran).

Anatomi tubuh merupakan salah satu bahasan yang termuat dalam bukunya itu. Juga pada bidang yang membuat namanya terkenal di dunia kedokteran, yaitu pembedahan, serta alat-alat bedah. Bahkan, banyak model alat bedah yang ia buat masih digunakan dalam kedokteran modern.

Buku Al-Kafi fi al-Kuhl fi at-Thibb yang ditulis Abi Mahasin juga berpengaruh pada kajian anatomi, khususnya pada anatomi mata. Buku dari abad ke-13 itu menyajikan deskripsi tentang operasi mata, termasuk beberapa bagian dari organ mata yang perlu mendapat perhatian.

Ilmuwan penting yang turut mencurahkan perhatiannya pada anatomi adalah Ibnu Nafis (1210-1288). Pada bab pendahuluan dari bukunya yang terkenal, Syarhu Tasyrih Ibnu Sina (Komentar atas Anatomi Ibnu Sina), ia menjelaskan bahwa buku ini adalah panduan agar para dokter bisa menguasai pengetahuan dasar anatomi.

Ia pun berkomentar terhadap Canon of Medicine karya Ibnu Sina, terutama mengenai kerja jantung. Ia mengatakan, jantung memiliki dua kamar. Darah dari kamar jantung kanan harus mengalir ke bagian kiri, namun tidak ada yang menghubungkan kedua bagian ini.
Menurut dia, tak ada pori-pori tersembunyi dalam jantung, seperti kata Galen.

Secara keseluruhan, ia menilai fungsi organ ini sangat penting dalam mengatur sirkulasi darah ke seluruh bagian tubuh. Sejarah mencatatnya sebagai orang pertama yang mendeskripsikan peredaran darah, khususnya pembuluh darah kapiler. Pada bagian lain, Ibnu Nafis menyingkap anatomi dan sirkulasi paru-paru.

Menurut Edward Coppola dalam William Osler Medal Essay, Ibnu Nafis berpandangan bahwa terdapat sejumlah bagian di dalam paru-paru, antara lain bronkus, arteria venosa, dan vena arteriosa. Ketiga bagian tersebut terhubung dengan jaringan daging berongga. Ibnu Nafis berhasil memperjelas perbedaan masing-masing dari organ tubuh.

Pengetahuan semacam ini diperlukan sebelum melakukan operasi pembedahan. Berabad-abad kemudian, warisan intelektual Ibnu Nafis dalam investigasi anatomi banyak memberikan pengaruh pada ilmuwan Barat, yakni Valverde dan Realdo Colombo. Abd al-Latif al-Baghdadi pun tercatat memberi sumbangan penting.

Ia mengoreksi susunan anatomi tulang rahang yang dibuat seorang dokter dari Yunani, Galen. Tulisannya terkait hal itu membuka jalan bagi studi tentang tulang di Mesir. Harus diakui, prestasi paling mengagumkan terjadi setelah hadirnya karya Mansyur bin Muhammad bin Ahmad bin Yusuf bin Ilyas.

Tokoh asal Persia ini adalah dokter Muslim pertama yang membuat gambar anatomi tubuh manusia dengan akurat. Warisan luar biasanya itu pada masa berikutnya dinamakan "Anatomi Mansyur". Karyanya itu ia persembahkan untuk penguasa dari Mongol, Timur Lenk, yang menguasai Fars selama kurun waktu 797-811.

Bahasan lengkap tentang lima organ tubuh, yakni tulang, syaraf, otot, pembuluh darah, dan arteri, ada dalam karya yang ia tulis. Tiap-tiap bagian diilustrasikan melalui diagram bergambar. Termasuk bagaimana terhubung dengan dua organ utama: jantung dan otak.

Ada pula bab tentang formasi fetus yang dideskripsikan lewat ilustrasi gambar perempuan hamil. Risalahnya yang berjudul Tashrih i badan i Insan itu ditulis dalam bahasa Persia dan telah diterjemahkan ke beberapa bahasa sejak abad ke-15. Keseluruhan ilustrasi anatomi dari al-Mansyur mencakup sekitar 70 bagian.

Sementara itu, Ibnu Zuhr atau Avenzoar, setelah menguasai bidang anatomi, merintis pekerjaan bedah mayat postmortem di dunia Islam. Secara berurutan, dalam buku Taysier fi al-Mudawat wa atTabdis (Practical Manual of Treatment and Diets), ia menguraikan anatomi kepala hingga kaki.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar